Artikel : Penyebab Pemanasan Global dan Dampaknya terhadap Perubahan Iklim serta Aktivitas Sehari-hari

Penyebab Pemanasan Global dan Dampaknya terhadap Perubahan Iklim serta Aktivitas Sehari-hari

 

Oleh:

Rizal Abi Pradana

 

Abstrak

Pemanasan global adalah peningkatan suhu rata-rata permukaan bumi yang disebabkan oleh akumulasi gas rumah kaca (GRK) di atmosfer, seperti karbon dioksida (CO2), metana (CH4), dan dinitrogen oksida (N2O), yang memperkuat efek rumah kaca. Aktivitas manusia, termasuk pembakaran bahan bakar fosil, deforestasi, dan perubahan tata guna lahan, menjadi faktor utama yang mempercepat pemanasan global. Dampak dari pemanasan global ini tercermin dalam perubahan iklim, seperti pergeseran pola curah hujan, cuaca ekstrem, dan kenaikan permukaan laut. Di Indonesia, pemanasan global memengaruhi kehidupan masyarakat, khususnya di kawasan perkotaan dan pesisir, dengan dampak terhadap ketahanan pangan, air, dan kesehatan. Penanggulangan pemanasan global memerlukan pendekatan mitigasi berbasis kebijakan, teknologi, serta solusi berbasis alam, seperti restorasi ekosistem pesisir dan pengelolaan limbah. Artikel ini mengkaji penyebab, dampak, serta solusi pemanasan global, dengan fokus pada implikasinya terhadap kehidupan sehari-hari di Indonesia dan upaya mitigasi yang relevan untuk membangun ketahanan iklim di masa depan.

 

 

 

 

 

 

 

Pendahuluan:

Pemanasan global merupakan peningkatan suhu rata-rata permukaan Bumi akibat akumulasi gas rumah kaca di atmosfer yang memperkuat efek rumah kaca, dengan karbon dioksida (CO2), metana (CH4), dan dinitrogen oksida (N2O) sebagai komponen utama yang menahan radiasi panas sehingga meningkatkan suhu sistem iklim. Tren kenaikan konsentrasi GRK terutama dipicu aktivitas manusia (anthropogenic), seperti pembakaran bahan bakar fosil di sektor energi, transportasi, dan industri, serta perubahan tata guna lahan dan deforestasi yang melepaskan CO2 sekaligus mengurangi kapasitas serapan karbon alami. Sejumlah kajian di Indonesia menegaskan bahwa emisi CO2 dari pembakaran minyak, gas, dan batu bara menjadi pendorong penting pemanasan global dan memperparah pencemaran udara perkotaan, sementara ekspansi aktivitas ekonomi tanpa mitigasi mendorong peningkatan emisi secara sistemik.

 

Dampak pemanasan global termanifestasi sebagai perubahan iklim: pergeseran pola curah hujan, peningkatan frekuensi dan intensitas kejadian cuaca ekstrem, serta kenaikan muka laut akibat pemuaian termal dan pencairan es, yang bersama-sama memengaruhi sistem ekologis dan sosial ekonomi. Literatur ilmiah berbasis laporan IPCC yang dirujuk dalam studi kebijakan Indonesia menempatkan pemanasan global sebagai ancaman bagi keberlanjutan kehidupan, dengan tantangan pemenuhan target penurunan emisi dalam dokumen kontribusi nasional (NDC) yang masih membutuhkan penguatan kebijakan dan kerja sama internasional. Pada ranah pesisir dan laut Indonesia, pemanasan global, bersama eksploitasi perikanan berlebihan dan pencemaran pesisir, teridentifikasi sebagai penyebab utama perubahan ekologi laut yang memengaruhi keanekaragaman hayati, struktur komunitas, dan jasa ekosistem

 

Konsekuensi perubahan iklim meresap ke aktivitas sehari-hari. Di kawasan perkotaan, peningkatan emisi CO2 dari transportasi dan industri memperburuk kualitas udara, meningkatkan beban kesehatan, dan menuntut penyediaan ruang terbuka hijau untuk menyerap emisi. Perubahan pola hujan dan kejadian ekstrem berdampak pada keamanan air, ketahanan pangan, dan keterandalan layanan publik, sementara kenaikan suhu meningkatkan kebutuhan energi pendinginan dan memengaruhi produktivitas kerja. Respons kebijakan dan teknologi—seperti elektrifikasi transportasi umum untuk menekan emisi operasional, pengelolaan limbah yang mengurangi pelepasan GRK, serta strategi mitigasi di instalasi pengolahan air limbah—muncul sebagai opsi yang relevan dan kontekstual di kota-kota Indonesia. Di wilayah pesisir, pemanfaatan ekosistem “blue carbon” seperti padang lamun menunjukkan potensi penyerapan CO2 yang signifikan, menawarkan jalur mitigasi berbasis alam yang bersinergi dengan perlindungan keanekaragaman hayati.

Dengan demikian, artikel ini mengkaji secara komprehensif penyebab pemanasan global, kaitannya dengan dinamika perubahan iklim, serta implikasinya terhadap aktivitas sehari-hari di Indonesia, sambil meninjau pendekatan mitigasi dan adaptasi yang berbasis kebijakan, teknologi, dan ekosistem. Fokus diarahkan pada keterhubungan antara sumber emisi, dampak lintas-sektor, dan solusi praktis—mulai dari transisi energi, perbaikan tata kelola perkotaan, hingga restorasi ekosistem pesisir—untuk mendukung ketahanan iklim sekaligus menjaga kualitas hidup masyarakat.

 

Pembahasan:

1.     Penyebab Pemanasan Global:

                           i.          Meningkatnya gas rumah kaca

Gas rumah kaca terjadi akibat adanya pembakaran minyak bumi, seperti bahan bakar batu bara serta pembakaran gas alam.

                         ii.          Polusi asap pabrik

Industri pabrik menyebabkan banyaknya asap yang yang dihasilkan, dan dapat mengakibatkan polusi udara yang akan membuat lingkungan tercemar dan terjadinya pemanasan global.

                       iii.          Penebangan pohon secara berlebihan

Perusakan hutan yang tidak terkontrol akan menyebabkan pemanasan global, karena hutan memiliki fungsi menyerap gas karbondioksida, dan hutan merupakan penghasil oksigen.

                       iv.          Penggunaan AC yang meningkat

Chlorofluorocarbon (CFC) adalah suatu bahan kimia yang diproduksi untuk berbagai kebutuhan peralatan rumah tangga seperti AC atau pendingin ruangan dan kulkas.  Zat kimia ini dapat mengakibatkan penipisan lapisan ozon.

2.     Dampak Pemanasan Global:

                           i.          Mencairnya lapisan es di kutub Utara dan Selatan.

Peristiwa ini mengakibatkan naiknya permukaan air laut secara global, hal ini dapat mengakibatkan sejumlah pulau kecil tenggelam. Kehidupan masyarakat yang hidup di daerah pesisir terancam. Permukiman penduduk dilanda banjir rob akibat air pasang yang tinggi, dan ini berakibat kerusakan fasilitas sosial dan ekonomi. Jika ini terjadi terus menerus maka akibatnya dapat mengancam sendi kehidupan masyarakat.

                         ii.          Meningkatnya intensitas fenomena cuaca yang ekstrim.

Perubahan iklim menyebabkan musim sulit diprediksi. Petani tidak dapat memprediksi perkiraan musim tanam akibat musim yang juga tidak menentu. Akibat musim tanam yang sulit diprediksi dan musim penghujan yang tidak menentu maka musim produksi panen juga demikian. Hal ini berdampak pada masalah penyediaan pangan bagi penduduk, kelaparan, lapangan kerja bahkan menimbulkan kriminal akibat tekanan tuntutan hidup.

                       iii.          Punahnya berbagai jenis fauna.

Flora dan fauna memiliki batas toleransi terhadap suhu, kelembaban, kadar air dan sumber makanan. Kenaikan suhu global menyebabkan terganggunya siklus air, kelembaban udara dan berdampak pada pertumbuhan tumbuhan sehingga menghambat laju produktivitas primer. Kondisi ini pun memberikan pengaruh habitat dan kehidupan fauna.

                       iv.          Habitat hewan berubah.

akibat perubahan faktor-faktor suhu kelembaban dan produktivitas primer sehingga sejumlah hewan melakukan migrasi untuk menemukan habitat baru yang sesuai. Migrasi burung akan berubah disebabkan perubahan musim, arah dan kecepatan angin, arus laut (yang membawa nutrient dan migrasi ikan).

                         v.          Peningkatan muka air laut.

air pasang dan musim hujan yang tidak menentu menyebabkan meningkatnya frekuensi dan intensitas banjir.

                       vi.          Ketinggian gunung-gunung tinggi berkurang.

beberapa gunung es mengalami penyusutan akibat mencairnya es pada puncaknya.

                      vii.          Perubahan tekanan arus laut. 

Hal ini dapat berpegaruh pada migrasi ikan, sehingga memberi dampak pada hasil perikanan tangkap.

3.     Penanggulangan Pemanasan Global:

                           i.          Transisi energi bersih

Meningkatkan porsi energi terbarukan, mengurangi bahan bakar fosil, dan dorong efisiensi energi pada industri, bangunan, dan transportasi.

                         ii.          Transportasi rendah emisi

memperbanyak angkutan umum, elektrifikasi kendaraan, dan manajemen lalu lintas untuk menekan konsumsi BBM.

                       iii.          Pengelolaan limbah

mengkurangi, memilah, mendaurulang, dan kompos; cegah pembakaran terbuka; kelola TPA untuk menekan emisi metana.

                       iv.          Kehutanan dan lahan

menghentikan deforestasi, rehabilitasi hutan dan mangrove, restorasi gambut, serta perluas solusi berbasis alam (REDD+).

                         v.          Pertanian rendah emisi

praktik pertanian berkelanjutan (agroforestri, efisiensi pupuk, pengelolaan sawah), olah limbah jadi biogas/kompos.

                       vi.          Perencanaan tata ruang dan infrastruktur tangguh

Membangun drainase kota, perlindungan pesisir, standar bangunan tahan panas/banjir.

                      vii.          Ketahanan air & pangan

konservasi air, irigasi efisien, varietas tahan kekeringan/banjir, diversifikasi pangan.

                    viii.          Kesehatan masyarakat

sistem peringatan gelombang panas, pengendalian penyakit vektor, ruang hijau/perlindungan mikroklimat.

                       ix.          Ekosistem pesisir & laut

konservasi terumbu karang, mangrove, dan padang lamun untuk meredam gelombang dan menyerap karbon.

                         x.          Pemberdayaan komunitas

program berbasis desa/kota (mis. ProKlim), edukasi risiko iklim, dan rencana darurat lokal.

 

Penutup:

Pemanasan global merupakan tantangan besar yang dihadapi oleh seluruh umat manusia, dengan dampak yang nyata dan terus berkembang di berbagai sektor kehidupan. Penyebab utama pemanasan global, seperti emisi gas rumah kaca dari aktivitas manusia, polusi industri, dan deforestasi, menuntut upaya mitigasi yang lebih intensif dan kolaboratif antara pemerintah, sektor swasta, dan masyarakat. Dampaknya yang luas, mulai dari mencairnya lapisan es, perubahan pola cuaca ekstrem, hingga hilangnya habitat dan keanekaragaman hayati, mengancam keberlanjutan kehidupan di bumi, termasuk di Indonesia.

 

Kehidupan sehari-hari masyarakat, terutama di daerah perkotaan dan pesisir, semakin terpengaruh oleh perubahan iklim yang terjadi. Ancaman terhadap ketahanan pangan, air, serta kesehatan masyarakat memerlukan respons kebijakan yang efektif dan berbasis teknologi, termasuk transisi energi bersih, pengelolaan limbah, serta perlindungan ekosistem pesisir. Di sisi lain, solusi berbasis alam, seperti restorasi hutan mangrove dan padang lamun, memiliki potensi besar untuk mengurangi dampak perubahan iklim dan meningkatkan ketahanan ekosistem.

 

Untuk menghadapi pemanasan global secara efektif, perlu adanya sinergi antara upaya mitigasi, adaptasi, dan pemberdayaan komunitas. Dengan kesadaran yang lebih tinggi dan implementasi kebijakan yang tepat, kita dapat mengurangi dampak negatif perubahan iklim, serta menciptakan masa depan yang lebih berkelanjutan dan resilient bagi generasi mendatang. Pendekatan holistik yang melibatkan aspek sosial, ekonomi, dan lingkungan menjadi kunci untuk menjaga keseimbangan alam dan meningkatkan kualitas hidup masyarakat di tengah perubahan yang semakin pesat ini.

 

 

 

 

 

DAFTAR PUSTAKA

Ramadani, S., & Putri, E. (2022). Masalah Global: Global Warming dan Hubungannya dengan Penggunaan Bahan Bakar Fosil. Jurnal Bakti Sosial, 1(1), 14-15. Retrieved from https://jurnal.asrypersadaquality.com

Sugiarto, T., & Prasodjo, H. (2024). Peran the Global Covenant of Mayors (GCoM) dalam Mewujudkan Mitigasi Perubahan Iklim di Kota Probolinggo tahun 2022 - 2023. Jurnal Ilmiah Ilmu Pemerintahan, 9(1), 72-79. https://doi.org/10.14710/jiip.v9i1.21936

Utina, R. (2024). Pemanasan Global: Dampak dan Upaya Meminimalisasinya. PEMANASAN GLOBAL: Dampak dan Upaya Meminimalisasinya. Retrieved from https://ejournal.unib.ac.id/index.php/pendipa

Subiyanto, A. (2024). Diplomasi Iklim: Upaya Menyelamatkan Bumi dari Krisis Iklim? PENDIPA Journal of Science Education, 8(1), 27-34. https://doi.org/10.33369/pendipa.8.1.27-34

Ananda Sudater Siagian, H. F. (2023, 26 September). Pemanasan global: Penyebab, dampak, dan cara menyikapi serta menanggulanginya. Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang Lahat. Diakses 23 Agustus 2025 dari https://www.djkn.kemenkeu.go.id/kpknl-lahat/baca-artikel/16465/pemanasan-global-penyebab-dampak-dan-cara-menyikapi-serta-menanggulanginya.html

Fitriani, N. (2023, 7 Juli). Cuaca panas, dampak pemanasan global kian terasa: Apa yang harus dilakukan? Open Data Provinsi Jawa Barat. Diakses 23 Agustus 2025 dari https://opendata.jabarprov.go.id/id/artikel/cuaca-panas-dampak-pemanasan-global-kian-terasa-apa-yang-harus-dilakukan


Comments